PUGAM.com – Dua tahun lalu, American Epilepsy Society memberikan sebuah Tantangan Pencegahan Kejang (Seizure Prevention Challenge) untuk 502 tim peneliti di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk merancang sebuah metode yang dapat membantu pasien epilepsi untuk mendeteksi tanda-tanda kedatangan kejang secara akurat, sehingga mereka dapat mengambil tindakan pencegahan.
Pemenang urutan ketiga dari tantangan tersebut adalah sebuah teknik inovatif yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari CEU Cardinal Herrera University (CEU-UCH) di Valencia, Spanyol. Dengan cara mengembangkan algoritma yang dapat mengolah dan menganalisis data saraf melalui microchip yang ditanamkan dalam otak pasien, teknik ini memungkinkan untuk memprediksi serangan kejang 20 menit sebelum terjadinya serangan.
Mereka baru saja menerbitkan sebuah artikel yang merinci desain dari teknik tersebut pada jurnal neurologi Oxford, Brain.
Secara teori, chip akan merelay informasi saraf ke smartphone atau perangkat wearable pasien, yang kemudian akan memberi peringatan potensi timbulnya serangan epilepsi pada pasien. Dengan peringatan ini, pasien dapat segera mengambil tindakan untuk menghindari kejang dengan meminum obat atau menghindari situasi yang berpotensi membahayakan.
Sebelumnya, ketika serangan kejang menyerang tanpa peringatan, pasien harus minum obat secara berkala dan menghindari kegiatan berisiko tinggi (seperti mengemudi atau berenang), yang dapat membahayakan diri mereka atau orang-orang di sekitarnya.
Namun kini, Algoritma pendeteksi kejang dapat mengurangi kerumitan, biaya, dan efek samping dari minum obat secara berkala sepanjang hari pada pasien. Dimana para pasien dapat menyimpan obat mereka untuk saat-saat ketika serangan kejang akan terjadi. Dengan pengawasan algoritma ini, para pasien epilepsi bahkan dapat melakukan banyak kegiatan yang sebelumnya tidak dapat atau takut untuk dilakukan.
Proyek ini menunjukkan pentingnya upaya-upaya ilmiah interdisipliner, menurut Juan Pardo, seorang peneliti di bidang studi ilmu komputer. “Karya ini menunjukkan bagaimana para ilmuwan komputer dan matematika dibutuhkan dalam berbagai bidang untuk membantu memecahkan masalah-masalah mendesak, dalam hal ini mengenai ilmu saraf,” ucapnya.