Airbus membuat sebuah mini plane yang diberi nama THOR (Test of High-tech Objectives in Reality), merupakan pesawat pertama yang diproduksi menggunakan teknologi 3D Printing.
PUGAM.com – Airbus, produsen pesawat terbang terkemuka baru saja memperkenalkan THOR, sebuah miniatur pesawat yang sepenuhnya dibangun menggunakan teknologi 3D printing. THOR dibangun tanpa jendela, pilot namun dilengkapi dengan baling-baling yang mampu menggerakan pesawat seberat 21 kg tersebut. Panjangnya kurang dari 4 meter.
Meskipun memiliki ukuran yang lebih kecil dari pesawat jet biasa, THOR mampu melakukan penerbangan yang stabil dan bahkan diklaim mampu menghemat waktu, bahan bakar dan biaya.
Sebagian besar komponen THOR diekstrusi menggunakan 3D printer berbahan zat poliamida. Satu-satunya bagian pesawat yang tidak dicetak dengan 3D printer adalah elemen listriknya.
Penggunaan 3D printer di bidang penerbangan menyajikan banyak manfaat. Jens Henzler dari Hofmann Innovation Group, pemasok terkemuka komponen plastik otomotif mengatakan: “Komponen yang dicetak menggunakan 3D printer memiliki keuntungan tersendiri dan tentunya dapat dibuat dengan sangat cepat.”
Selain mempercepat waktu produksi, komponen yang dicetak menggunakan 3D printer ini pun memiliki bobot 30-50% lebih ringan dari komponen yang diproduksi secara tradisional. Komponen ini juga akan menghilangkan limbah manufaktur dan memotong biaya manufaktur.
Para insinyur yang terlibat dalam proyek ini juga memiliki rencana untuk menerapkan teknologi ini pada pesawat ruang angkasa. Bahkan, European Space Agency (ESA) berencana untuk mulai menggunakan roket Airbus Ariane 6 pada tahun 2020, yang akan menampilkan banyak komponen cetak 3D dan berpotensi mengurangi separuh biaya yang dikeluarkan oleh pendahulunya, Ariane 5.
Teknologi 3D printer pun terus berkembang dan yang terbaru mampu mencetak desain yang lebih kompleks meskipun dengan waktu yang lebih lama. Airbus sedang mengembangkan metode ini untuk mencetak mesin injeksi dan mengurangi jumlah potongan dari 270 menjadi hanya tiga.
Dan karena pesawat hasil cetak 3D lebih ringan, pesawat tidak membutuhkan banyak bahan bakar sehingga mampu mengurangi emisi karbon dan polutan lainnya yang dirilis ke lingkungan. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi dua kali lipat jumlah karbon di lalu lintas udara dalam 20 tahun ke depan.