PUGAM.com – Ahli restorasi di Italia telah menemukan bahwa pewarna ungu yang digunakan dalam Codex Purpureus Rossanensis, salah satu naskah Perjanjian Baru tertua yang masih ada hingga saat ini terbuat dari kombinasi lumut dan urin yang difermentasi.
Jika benar, analisis baru ini akan mengakhiri perdebatan selama berabad-abad tentang bagaimana orang pada zaman dulu, kemungkinan berasal dari Suriah, mampu menyusun sebuah buku yang menakjubkan sekitar 1.500 tahun yang lalu dengan menggunakan alat primitif dan sumber daya terbatas.
“Meskipun awal dari manuskrip abad pertengahan telah dikaji dari sudut pandang sejarah, mereka sebenarnya jarang menjelaskan dari sudut pandang komposisi materinya,” direktur lab Marina Bicchieri, dari Central Institute for Restoration and Conservation of Archival and Library Heritage (ICRCPAL) di Roma, mengatakan kepada Discovery News.
Penemuan bahan tinta baru ini terungkap ketika ICRCPAL mencoba untuk merestorasi naskah tersebut, yang biasanya bertempat di Museum Keuskupan di Rossano, sebuah kota di Italia selatan.
Diyakini bahwa kodeks, yang ditemukan di dalam Katredal Rossano pada tahun 1879 itu pertama kali dibawa ke Italia oleh biarawan, dan pada awalnya itu dibuat di Suriah, meskipun tidak ada yang tahu kapan persisnya dan bagaimana itu terjadi.
Naskah kuno dengan 188 halaman itu berisi Injil Matius dan Markus yang ditulis dengan tinta emas dan perak. Sayangnya, teks yang ditemukan sekarang tidak lengkap karena Katedral diketahui sempat terbakar. “Kemungkinan besar, apa yang kita miliki saat ini adalah setengah dari buku aslinya,” pihak pengelola museum mengatakan.
Buku ini sangat rapuh, membuat upaya pemulihan jauh lebih sulit. Bahkan, tim Bicchieri juga harus berurusan dengan kerusakan yang ditinggalkan oleh upaya restorasi sebelumnya. yang dilakukan oleh sebuah tim yang tidak disebutkan namanya pada tahun 1917.
Restorasi kali ini, selain memperbaiki beberapa jahitan untuk menjaga buku tetap utuh, tim dari ICRCPAL juga memutuskan untuk menggunakan sinar-X untuk memeriksa kompisisi dari tinta yang digunakan dalam naskah kuno tersebut. Mereka kemudian membandingkan temuan mereka dengan pewarna yang diciptakan di laboratorium menggunakan resep yang ditemukan di papirus Stockholm, buku resep tinta Yunani yang dibuat sekitar tahun 300 Masehi.
Para peneliti melaporkan bahwa pewarna ungu yang digunakan, yang sebelumnya dianggap terbuat dari Murex (siput laut), benar-benar dibuat menggunakan orcein, pewarna yang diekstrak dari Roccella tinctoria (lumut) dan natrium karbonat. Pewarna kemudian diproses menggunakan urin fermentasi dan mencapurkannya bersama-sama.
“Fibre optics reflectance spectra (FORS) menunjukkan perbandingan yang sempurna antara perkamen ungu dalam naskah dan pewarna yang diperoleh dari campuran orcein dengan natrium karbonat,” kata Bicchieri Rosella Lorenzi di Discovery News.
Natrium karbonat ini kemungkinan berasal dari mineral natron, bahan garam yang juga digunakan untuk mumifikasi mayat di Meskir kuno. Jika saat ini kita menganggap bahwa bahan urin adalah bukan pilihan yang baik, berbeda dengan zaman dulu. Urin adalah pilihan yang benar-benar praktis, karena urin adalah satu-satunya sumber amonia yang bisa ditemukan sekitar 1.500 tahun yang lalu.
Temuan ini masih sedang dipersiapkan untuk mulai dipublikasikan. Proyek ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa non-invasif X-ray scan dengan cepat menjadi metode studi yang direkomendasikan untuk para arkeolog di seluruh dunia. Bulan lalu, para peneliti mampu mempelajari sarkofagus Raja Tutankhamun menggunakan X-ray scan. Penelitian itu mengungkapkan bahwa Tutankhamun dimakamkan bersama belati yang terbuat dari besi meteorit.