PUGAM.com – Bulan lalu, pengguna Twitter bernama John Sibley telah bertanggung jawab atas penghapusan lebih dari 1.000 akun kelompok penjual senjata di Facebook. Dia dan yang lainnya adalah bagian dari milisi media sosial yang menghabiskan waktu luang mereka untuk melaporkan penjualan senjata api di jejaring sosial Facebook.
Apa yang mengejutkan bagi orang-orang seperti Sibley adalah begitu mudahnya menemukan penjualan senjata ilegal di Facebook. Sibley yang merupakan warga New York mulai aktif melaporkan penjualan senjata di media sosial setelah insiden penembakan yang terjadi di Orlando beberapa waktu lalu.
Berikut sebuah tweet ketika ia dan yang lainnya berupaya untuk terus memonitor aktivitas penjualan senjata di Facebook, kemudian melaporkannya kepada pihak Facebook dengan menyertakan screenshot.
Another 42 FB groups dealing guns reported and removed today for a personal total of 1015. Cc: @monteiro #ReportGate pic.twitter.com/bjn9JHHYOI
— John Sibley (@jbsibley) July 9, 2016
.@monteiro @jbsibley Best way to start off Tuesday? 34 more gun posts down! pic.twitter.com/KTS8P4nS4U
— Denice (@ecined) July 12, 2016
Menutur Sibley, ini adalah salah satu cara untuk menarik perhatian lebih banyak orang terhadap aktivitas ilegal yang selama ini dilakukan melalui media soal tetapi jarang diketahui. Muncul pertanyaan, dengan semua sumber daya yang dimiliki mengapa Facebook tidak membuat sebuah algoritma yang mampu menargetkan aktivitas penjualan ilegal di platform tersebut?
Apa Respon Facebook?
Perwakilan perusahaan mengatakan kepada Mashable bahwa Facebook umumnya bergantung pada laporan pengguna untuk mulai menindaklanjuti sebuah konten yang dianggap melanggar kebijakan dan ini berlaku bukan hanya untuk penjualan senjata, tetapi untuk konten-konten lainnya yang melanggar kebijakan termasuk konten pornografi, dan ekstremisme.
“Ada banyak perdebatan dan diskusi mengenai penjualan senjata api yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan di Facebook, termasuk penjualan model baru,” kata perwakilan perusahaan, namun pada dasarnya segala macam penjualan senjata tidak diizinkan di Facebook.
Di luar itu, banyak orang berpendapat bahwa jika Facebook membuat algoritma untuk mendeteksi konten-konten yang melanggar kebijakan secara otomatis maka pengguna dipastikan akan mengeluh juga, atau bahkan Anda sebagai pengguna Facebook akan menjadi korban dari sistem ini.
“Kami memiliki banyak konten yang sebagian besar telah melanggar kebijakan kami di Facebook, tapi apa yang sedang dibicarakan kali ini adalah berkaitan dengan kebijakan senjata api. Itu sebabnya kami memiliki orang-orang yang bekerja berjam-jam untuk meninjau setiap laporan yang masuk.”
Facebook mendapatkan lebih dari 1 juta laporan mengenai konten yang melanggar kebijakan setiap harinya dan mereka memiliki tim yang bertugas untuk meninjau laporan tersebut, yang bekerja 24 jam setiap hari. Tetapi para pelapor mengeluhkan bahwa tidak semua laporan ditanggapi dengan benar.
Beberapa pengguna Twitter seperti Sibley mengatakan bahwa ketika mereka melaporkan konten tertentu, kemudian Facebook menanggapi dengan berjanji akan menghapus konten tersebut, tetapi nyatanya hingga berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu konten yang dilaporkan masih tetap ada.
@facebook says they removed a group I reported, its still up after two weeks… @monteiro pic.twitter.com/LAcMgTfwqQ
— David A Buchanan (@DavieB) July 14, 2016
“Umumnya, Facebook hanya membutuhkan waktu singkat untuk menyetujui penghapusan sebuah konten yang melanggar kebijakan, tetapi jika konten yang dilaporkan tidak kunjung dihapus, maka bisa saja ada sebuah kesalahan,” kata perwakilan perusahaan.
Ada juga kemungkinan bahwa Facebook hanya menghapus postingan yang bersifat menyinggung atau melanggar kebijakan tanpa menghapus keseluruhan akun. Atau bisa juga konten yang dilaporkan tidak terbukti melanggar kebijakan.