PUGAM.com – Airlander 10 merupakan kapal udara terbesar di dunia saat ini yang mampu membawa muatan lebih dari 10 ton, namun dengan konsumsi bahan bakar yang lebih sedikit. Bahkan, ketika terbang Airlander 10 dikalim hanya menggunakan sepertiga dari bahan bakar pesawat reguler. Tentu saja, Airlander ini hanya dapat bergerak lambat tapi setidaknya ini dapat membantu kita memasuki era baru transportasi komersial.
Minggu lalu, Airlander 10 menjalani pengujian atau lebih tepatnya uji terbang untuk kedua kalinya. Sayangnya, kapal udara tersebut mengalami kecelakaan setelah berhasil mengudara sekitar satu jam setengah. Kapal udara dengan panjang 92 meter itu menukik tajam sebelum akhirnya jatuh menghantam tanah.
[pg_youtube_advanced url=”https://www.youtube.com/watch?v=Mg-RPTiVa_Q” autohide=”yes” rel=”no” https=”yes”]
Meskipun begitu, Hybrid Air Vehicles yang merupakan perusahaan dibalik pembuatan Airlander 10 mencatat bahwa kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil dan tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Laporan mengatakan bahwa awak dan kru kapal semuanya selamat tanpa mengalami luka.
Dalam sebuah pernyataan, tim dari pengujian Airlander 10 menyebut kecelakaan ini sebagai “heavy landing” atau pendaratan yang sangat berat.
“Airlander mengalami pendaratan berat, di mana bagian depan dek kapal telah mengalami beberapa kerusakan yang saat ini masih dikaji. Hybrid Air Vehicles dalam hal ini telah menyiapkan seperangkat prosedur ketat untuk kegiatan uji terbang dan kini mereka mulai menginvestigasi kecelakaan. Kami akan melalui semua ini dan akan terus mengembangkan Airlander.”
Tidak seperti kapal udara Zeppelin, Airlander 10 tidak menggunakan gas yang mudah terbakar. Airlander 10 ini tidak menggunakan bahan bakar hidrogen, melainkan helium. Sekedar mengingat, kapal udara Zeppelin milik Jerman bernama Hindenburg yang menggunakan bahan bakar hidrogen jatuh dan menewaskan 35 orang pada tahun 1937.
Pengujian terbang Airlander 10 kali ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan pesawat untuk penggunaan komersial. Perusahaan berencana untuk membangun airship yang lebih besar lagi yang mampu membawa muatan hingga 55 ton pada tahun 2020 mendatang.
Untuk itu, gangguan ringan seperti ini seharusnya tidak menimbulkan terlalu banyak perhatian karena setiap produk atau teknologi baru biasanya akan disertai dengan beberapa kegagalan sebelum akhirnya digunakan secara luas.