PUGAM.com – Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution mengungkapkan hipotesis baru tentang evolusi dari ratusan spesies malaria, termasuk spesies mematikan yang menjangkit manusia.
Pengujian ekstensif dari DNA malaria yang ditemukan pada burung, kelelawar dan mamalia kecil lainnya dari lima negara di Afrika Timur mengungkapkan bahwa penyakit malaria berakar pada burung sebagai pembawa, kemudian menyebar dari unggas ke kelelawar dan ke mamalia lainnya.
“Kita tidak bisa mulai memahami bagaimana malaria menyebar ke manusia sampai kita memahami sejarah evolusi nya,” jelas penulis utama penelitian ini, Holly Lutz, Ph.D. yang juga seorang kandidat doktor di bidang Ekologi, Evolusi Biologi, Kedokteran dan Ilmu Diagnostik di Cornell University
Lutz dan rekan-rekannya mengambil sampel darah dari ratusan burung, kelelawar dan mamalia kecil lainnya di Afrika Timur dan menyaring darah hewan-hewan tersebut untuk mendapatkan parasit.
Ketika mereka menemukan malaria, mereka mengambil sampel DNA dari parasit tersebut dan melakukan sequencing untuk mengidentifikasi mutasi kode genetik parasit malaria.
Dari sana, Lutz dapat menentukan bagaimana spesies malaria yang berbeda dapat saling terkait berdasarkan perbedaan kode genetika tersebut.
“Mencoba untuk menentukan sejarah evolusi malaria dari hanya beberapa spesimen sama halnya seperti Anda mencoba untuk merekonstruksi silsilah keluarga burung ketika Anda hanya tahu tentang elang dan burung kenari,” ujar Lutz.
Setelah menganalisis kode genetik dari parasit malaria, mereka kemudian menggunakan sebuah software untuk menentukan bagaimana spesies malaria yang berbeda dapat berkembang dan terhubung satu sama lain.
Meski hasil penelitian mengungkap bahwa penyakit malaria bersumber dari burung kemudian menyebar pada kelelawar dan mamalia lainnya, Lutz mencatat bahwa dalam hal ini kelelawar bukanlah sebagai tersangka utama.
“Ini bukan berarti bahwa kelelawar menyebarkan spesies malaria yang biasa menjangkit kita. Sebaliknya, kita tidak bisa terjangkit spesies malaria yang biasa menjangkit kelelawar,” jelas Lutz.
Dengan melihat pola mutasi pada DNA dari spesies malaria yang berbeda, kita dapat melihat bagaimana malaria mulai menyebar dari host (pembawa penyakit) yang satu ke yang lainnya.
Studi ini tidak hanya menyoroti tentang cara malaria yang mampu berkembang dan menyebar, tetapi juga memberikan informasi penting tentang cara di mana hewan dan parasit saling berhubungan satu sama lain.
Sementara penelitian ini tidak memiliki implikasi langsung untuk pengobatan malaria pada manusia, penulis kedua penelitian ini, Bruce Patterson mencatat:
“Malaria sangat adaptif terhadap pengobatan, dan DNA-nya memegang sejumlah rahasia tentang bagaimana mereka dapat berubah dan berkembang. Memiliki pemahaman yang lebih baik tentang sejarah evolusi dapat membantu para ilmuwan mengantisipasi penyakit ini di masa mendatang.”