PUGAM.com – Di seluruh dunia, para ilmuwan berlomba untuk menciptakan robot kawanan serangga. Mengapa?
Pada akhirnya, robot kawanan serangga dianggap akan sangat bermanfaat ketika berhadapan dengan ruang sempit, membantu tugas pencarian korban gempa di reruntuhan, bertindak sebagai kamera pengintai bahkan dapat membuntuti tersangka kriminal.
Namun, bukannya merancang robot serangga, insinyur di Nanyang Technological University (NTU) dan University of California Berkeley justru mencoba untuk mengendalikan serangga hidup.
“Teknologi ini bisa menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan drone, mereka dapat dikendalikan dari jarak jauh dan pergi ke daerah yang tidak bisa diakses sebelumnya,” ujar Asisten Profesor Hirotaka Sato dari NTU School of Mechanical and Aerospace Engineering.
Pada dasarnya, serangga hidup tidak memerlukan rekayasa untuk tetap di udara dan mempertahankan penerbangannya. Hal ini juga akan menghilangkan kebutuhan beragam komponen robotik berukuran kecil.
Komponen elektronik yang digunakan pun hanya menghabiskan biaya sekitar US$7, berbeda drastis jika mereka mencoba membuat robot serangga.
Tim melampirkan elektroda dan ransel elktronik kecil di punggung kumbang. Selanjutnya, kumbang hidup dapat diatur untuk memulai penerbangan secara nirkabel.
Elektroda dihubungkan ke bagian tertentu pada kaki, lobus optik dan otot penerbangan kumbang yang dipicu oleh sinyal radio dan akhirnya dapat menentukan ke arah mana kumbang akan terbang dan kapan mereka harus mulai bergerak.
Kumbang yang digunakan untuk proyek ini adalah Kumbang Bunga Raksasa atau Mecynorrhina torquata. Ukuran mereka biasanya sekitar 7,6 cm dengan berat 5,6 gram.
Ransel microchip dipasangkan di punggung sang kumbang menggunakan lilin organik sehingga tidak membahayakan karapas (cangkang keras) kumbang ketika dilepaskan. Tim menegaskan tidak ada hewan yang dirugikan dalam percobaan ini.
Seluruh sistem ditenagai oleh baterai 3,9 volt yang cukup digunakan selama satu hari namun mereka kini mulai mempertimbangkan transisi ke sumber listrik yang berkelanjutan.
Menariknya, proyek ini berhasil membuat penemuan baru, kaitannya dengan otot coleopteran kumbang. Selama dua abad, para ilmuwan percaya bahwa otot kumbang hanya bertanggung jawab di sayap lipat saja.
Tapi tim insinyur ini menemukan bahwa otot juga membantu mereka dalam hal kemudi dan menavigasi arah penerbangan mereka. Temuan mereka ini kemudian dipublikasikan dalam Royal Society Interface.
[pg_youtube_advanced url=”https://www.youtube.com/watch?v=iljHXpE4LG8″ autohide=”yes” rel=”no” https=”yes”]