PUGAM.com – Pesawat jet yang dapat terbang 5 kali melebihi kecepatan suara mungkin tampak seperti sebuah fantasi, tetapi perusahaan dirgantara raksasa Lockheed Martin telah menyatakan komitmennya untuk membuat inovasi pesawat ultra cepat menjadi kenyatan.
Bahkan, pejabat Lockheed Martin pernah mengatakan bahwa mereka tengah menyusun rencana membangun sebuah sistem dua kali lipat di atas teknologi hipersonik.
“Lockheed Martin terus berinvestasi dalam teknologi propulsi dan bahan canggih yang dibutuhkan untuk kecepatan hipersonik,” kata Marillyn A. Hewson, presiden dan CEO dari Lockheed Martin dalam sebuah pernyataan pada tanggal 15 Maret 2016.
“Kami sekarang sedang memproduksi seluruh sistem dan teknologi untuk pesawat subsonik, transonik, supersonik dan hipersonik dengan kecepatan Mach 6,” lanjutnya.
Hipersonik didefinisikan sebagai kecepatan di atas Mach 5 (lima kali kecepatan suara yaitu sekitar 3.800 mph, atau 6.100 km / jam). Sebagai perbandingan, pesawat Boeing 747 hanya memiliki kecepatan sekitar 550 mph (885 km / jam).
Pada tahun 2015, Lockheed Martin mengatakan insinyur mereka tengah merancang kendaraan hipersonik yang bisa bergerak sejauh 4 mil dalam satu detik atau sekitar 14.400 mph.
Pada kecepatan tersebut, pesawat dapat terbang melintasi Samudera Pasifik hanya dalam waktu 1 sampai 2 jam.
Meskipun pesawat tersebut belum digunakan secara resmi, namun teknologi hipersonik dalam bidang kedirgarantaraan bukanlah sesuatu yang baru.
Banyak kendaraan, terutama benda yang jatuh kembali ke Bumi setelah peluncuran pesawat ruang angkasa, mampu mencapai kecepatan hipersonik. Sekarang, Lockheed berkomitmen akan membangun pesawat hipersonik dengan biaya yang terjangkau.
Tantangan Bagi Pesawat Hipersonik
Ketinggian adalah salah satu tantangan teknis bagi Lockheed. Bagi pesawat hipersonik, terbang sangat tinggi adalah suatu keuntungan karena pesawat dapat menghindari tekanan tinggi, beda halnya ketika mereka harus terbang rendah.
Sebagian besar pesawat hipersonik adalah kendaraan tak berawak. Udara yang tipis di ketinggian dikombinasikan dengan kecepatan tinggi akan menyulitkan pilot untuk cepat bereaksi ketika terjadi masalah di dalam pesawat.
Ini berarti kendaraan hipersonik berawak harus dikendalikan oleh sistem komputerisasi yang dapat menyeimbangkan pesawat sementara pilot mengambil alih sebagian besar kendali navigasi.
Tantangan lainnya adalah suhu ekstrem ketika melakukan perjalanan menggunakan pesawat hipersonik.
Falcon HTV-2 misalnya, mencatat suhu permukaan 3.500 derajat Fahrenheit (1,927degrees Celsius) selama penerbangan uji coba.
Gesekan pada kecepatan ini dapat melelehkan baja, semakin sering terjadi guncangan di udara yang berarti semakin sering terjadi gesekan maka suhu permukaan akan semakin tinggi.
Untuk mempelajari dan mengatasi permasalahan ini, peneliti perlu menggunakan komputasi simulasi dan mengadakan eksperimen terlebih dahulu di darat.
Salah satu contoh ketika University of Notre Dame membangun terowongan terbesar untuk meguji efek udara ketika mereka bergerak dengan kecepatan hipersonik.
Mereka membangun dua terowongan, yaitu untuk kecepatan Mach 6 dan Mach 10. Para insinyur yang bekerja pada penelitian tersebut menggunakan bahan tahan panas yang baru dikembangkan.
Meskipun begitu, Lockheed Martin mengatakan bahwa pesawat hipersonik tidak akan menjadi bagian dari perjalanan udara komersil dalam waktu dekat, fokusnya adalah lebih terkait dengan kebutuhan bidang pertahanan saat ini.